tag:blogger.com,1999:blog-76299404114688304672024-03-14T09:18:54.676-07:00BUDIDAYA GAHARUUnknownnoreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-43998657174328388742012-10-23T20:15:00.003-07:002012-10-23T20:15:33.814-07:00Pusat Bantu Pulihkan Populasi Cendana<strong></strong><br />
<strong>MENURUNNYA </strong>populasi cendana dan gaharu di Provinsi NTT,
mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat. Melalui APBN, Pemerintah
Pusat mengalokasikan anggaran Rp 10 miliar tiap tahun anggaran sejak
2010, untuk membantu Pemprov memulihkan populasi cendana dan gaharu.<br />
Hal itu dikatakan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA)
Kementerian Kehutanan Darori kepada wartawan di Kupang, Minggu (14/10)
malam.<br />
Dia menjelaskan, dana Rp 10 miliar tersebut, sebesar Rp 5 miliar
dialokasikan untuk Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Noelmina, dan sisanya untuk 20 kabupaten di NTT, masing-masing Rp 250
juta.<br />
Bentuk perhatian Pemerintah Pusat lainnya, kata dia, adalah dibangunnya
pusat pembibitan cendana dan gaharu di Kabupaten Ngada, Sumba Tengah,
dan Lembata. Selain itu, dibangun pula empat unit UPTD dan Litbang
pembibitan cendana di beberapa kabupaten/kota di NTT.<br />
“Pemerintah Pusat akan terus membantu memulihkan kembali populasi cendana di NTT,” katanya.<br />
Perhatian Pemerintah Pusat ini, katanya, sudah melalui pertimbangan yang
matang, antara lain NTT pernah terkenal sebagai daerah cendana.
Kualitas cendana asal NTT berbeda dengan cendana yang tumbuh di daerah
lainnya di Indonesia. “Karena itu Pemerintah Pusat sangat serius
membantu untuk memulihkan atau mengembalikan NTT sebagai daerah
penghasil cendana dan gaharu,” katanya.<br />
Selain bantuan berupa kucuran dana, katanya, Pemerintah Pusat juga
sedang memikirkan upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat lokal
untuk mengawasi cendana di masing-masing kabupaten/kota.<br />
Secara alamiah, cendana tumbuh di sejumlah daerah di NTT, terutama di
Timor, Sumba, dan beberapa daerah lainnya. Namun seiring perkembangan,
dan tata kelola yang kurang memperhatikan pelestarian tanaman ini,
populasi cendana terus mengalami penurunan sampai titik yang
mengkhawatirkan. Di beberapa tempat yang dulu kaya akan cendana seperti
Solor dan daerah lainnya, cendana dan gaharu sudah punah sama sekali.
(aje/D-1)<br />
<br />
<i>Sumber : http://www.victorynewsmedia.com/berita-10907-pusat-bantu-pulihkan-populasi-cendana.html (Selasa, 16 Oktober 2012)</i> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-74097803703389946022012-10-22T07:20:00.001-07:002012-10-22T07:22:22.386-07:00Permintaan Ekspor Gaharu Tetap Tinggi <div class="post-header">
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;">
<br />
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">MATARAM, KOMPAS.com-</span></b><span class="apple-converted-space"><b><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"> </span></b></span><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Kayu gaharu (<i>Aquilaria
malaccensis</i>) memiliki pangsa pasar khusus dan permintaan yang
tinggi. Di China, Taiwan, dan khususnya Timur Tengah, kayu yang disejajarkan
dengan cendana ini laku keras.</span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">"Kalau
permintaan dari Timur Tengah, China, dan Taiwan, tidak ada batasnya, berapa pun
pasti diterima. Tapi kan tiap provinsi diberi jatah, ya sebesar kuota itu yang
kami penuhi," kata H Faisal Bages, pengusaha penampung dan eksportir kayu gaharu,
Minggu (6/11/2011) di Mataram, Nusa Tenggara Barat.</span></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Menurut
Faisal, harga eskpor kayu gaharu kelas super yang tumbuh alami saat ini Rp 10
juta per kilogram (kg), naik dibanding beberapa tahun sebelumnya seharga Rp 4
juta-Rp 5 juta.</span> </span></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiepljPLdTKd5nt9Xf-HQL_AUEOOeTvSAdWTB209aH5X-i83xUYMsQCe2nXTIblVxFduoB63o8ZYmGaq6sZolc7AU-DDiTbtQqfaDACE_WkJ6zQIEaXmsqeypDA1b2mZRV5O78pN2O94HU/s1600/PICT0037.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiepljPLdTKd5nt9Xf-HQL_AUEOOeTvSAdWTB209aH5X-i83xUYMsQCe2nXTIblVxFduoB63o8ZYmGaq6sZolc7AU-DDiTbtQqfaDACE_WkJ6zQIEaXmsqeypDA1b2mZRV5O78pN2O94HU/s320/PICT0037.JPG" width="240" /></a> </span> </span></div>
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<br />
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Kenaikan
harga gaharu (disebut Ketimusan di Lombok), disebabkan populasi kayu yang
dijadikan wewangian dan dupa ini sangat menipis. Yang tumbuh alami bisa disebut
antara ada dan tiada. "Yang banyak beredar saat ini adalah hasil budi daya
yang umumnya diekspor," ungkap Faisal.</span><br />
<br />
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Sedang
pemasaran kayu gaharu diatur melalui kuota. Kuota untuk Indonesia tahun 2011
sekitar 400 ton setahun. Jatah terbesar dipegang Papua dan Kalimantan,
sedangkan NTB mendapat jatah 8 ton pada tahun 2011. Jumlah yang sama untuk
tahun 2012 nanti.</span><br />
<br />
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Permintaan
terbesar gaharu kelas super dari Timur Tengah, sisanya kelas menengah-bawah
diekspor ke China dan Taiwan. </span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Di Arab
Saudi, biasanya kayu gaharu dijadikan bahan mandi uap untuk menghilangkan bau
badan yang kurang sedap, di China dan Taiwan umumnya untuk wewangian dupa,
sedangkan di Thailand ampasnya untuk bahan membuat obat nyamuk.</span><br />
<br />
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Soal
bibit, tutur Faisal, masih tersedia cukup banyak di NTB yang dibudidayakan di
kawasan hutan Gunung Rinjani, kemudian Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, dan
lingkar tam bang PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat. </span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Stok
jenis gaharu Girinof yang umumnya tumbuh, dibudi-dayakan dan dikirim dari NTB
sekitar 100.000 batang per tahun, bertinggi 25 cm-35 cm yang umurnya setahun.</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div style="background: white; line-height: 115%; margin-bottom: 3.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-29209037137885009842012-10-22T07:10:00.004-07:002012-10-22T07:24:41.277-07:00Menhut : Tingkatkan Permintaan Ekspor Kayu Gaharu <div id="jv-content">
<div id="jv-content-inner">
<div class="clearfix" id="jv-component">
<div id="page">
<h2 class="contentheading">
<img border="0" src="http://www.journalreportase.com/images/stories/demo/zulkifli_menhut.jpg" />
</h2>
<div class="buttonheading">
</div>
<br />
Menteri
Kehutanan (Menhut), Zulkifli Hasan, mengakui ekspor kayu gaharu selama
ini sulit langsung pasar China dan membuat harga gaharu Indonesia lebih
mahal. <br />
<div style="text-align: left;">
Dengan perdagangan langsung, produsen Indonesia mendapat
harga tinggi karena tidak ada biaya perantara, sedangkan konsumen China
untung karena mendapat harga yang lebih murah. Mengacu pada kesepakatan
perdagangan, harga jual ekspor kayu gaharu ditetapkan US$ 10-US$ 15.000
per kilogram. Penentuan harga ditetapkan berdasar kualitas kayu gaharu.
Kesepakatan ini diharapkan juga bisa menekan ekspor kayu gaharu ilegal. </div>
<div style="text-align: left;">
<img border="0" src="http://www.journalreportase.com/images/stories/demo/kayu%20gaharu.jpg" /></div>
Zulkifli
menegaskan, Kementrian Kehutanan akan terus meningkatnya permintaan
ekspor dan tingginya harga jual komoditas tersebut membuat pemerintah
mengkaji peningkatan produksi melalui pengembangan hutan budi daya.
Selama ini 98% dari total ekspor produk gaharu dalam negeri berasal dari
hutan alam. “Dengan peningkatan permintaan di pasar dunia, Indonesia
tidak bisa mengandalkan gaharu dari hutan alam saja, harus dikembangkan
produksi melalui hutan budi daya,” ujarnya.<br />
Beberapa lokasi di
Indonesia memiliki iklim yang cukup mendukung bagi pengembangan hutan
budi daya gaharu. Di antaranya Papua, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi, Bangka Belitung dan Lampung. Data Kementerian Kehutanan
menunjukkan total varietas gaharu dunia mencapai 15 varietas dan enam di
antaranya tumbuh di seluruh daerah di Indonesia kecuali Jawa dan Sunda
Kecil.<br />
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Gaharu Indonesia, Mashur
menyatakan. asosiasi siap ikut aktif dalam pengembangan budi daya.
Rencananya akan ada laboratorium genetika gaharu yang dikembangkan oleh
asosiasi, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian. Dengan
memanfaatkan budi daya, kayu gaharu bisa dipanen pada usia tiga tahun.
Selama ini, tanaman gaharu di hutan alam baru bisa diambil pada usia 6-8
tahun. Gaharu budi daya membutuhkan biaya mulai tanam hingga panen
sebesar Rp 4 juta per pohon.<br />
Indonesia kini bisa menembus pasar
ekspor gaharu ke Tiongkok, setelah sebelumnya ekspor komoditas ini harus
melewati negara ketiga, seperti Taiwan, Singapura, dan Hong Kong.
“Selain volume perdagangan kita meningkat, petani dan pengusaha gaharu
nasional juga memperoleh harga yang tinggi karena tidak ada `fee` untuk
pihak ketiga dari perdagangan langsung ini, demikian juga pihak
Tiongkok,” kata Menteri Kehutanan.<br />
Di pasar Internasional, katanya,
saat meresmikan ekspor langsung perdana kayu gaharu ke Tiongkok,
kebutuhan gaharu dunia setiap tahun mencapai 4.000 ton dan Tiongkok
merupakan salah satu negara pengimpor gaharu terbesar dengan kebutuhan
per tahun mencapai 500 ton. Selama ini, ekspor gaharu Indonesia lebih
banyak ditujukan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Taiwan, Singapura,
Hongkong, Amerika Serikat, dan Uni Eropa karena kesulitan untuk menembus
langsung ke pasar Tiongkok.<br />
Dalam lima tahun terakhir ini, total
ekspor gaharu Indonesia berkisara 170-573 ton dengan perkiraan perolehan
devisa pada tahun 2006 sebesar 26.086.350 dolar AS dan meningkat
menjadi 85.987.500 dolar tahun 2010.“Kita menargetkan dalam beberapa
tahun ke depan ekspor gaharu tidak hanya bersumber dari hutan alam,
tetapi juga dari hasil budidaya,” kata Zulkifli. Ekspor gaharu ini
dilakukan dalam bentuk serpihan (chips), balok kayu (block), Serbuk
(powder), dan minyak (oil).<br />
Zulkifli mengatakan, potensi gaharu di
Indonesia diperkirakan mencapai 600 ribu ton per tahun dengan sentra
produksi berada di Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Harga gaharu
Indonesia berkisar Rp 100.000-150.000.000 per kg, tergantung
kualitasnya. Saat ini, budidaya gaharu sudah mulai dikembangkan di
Bangka, Sukabumi, Bogor, Lampung, dan NTT. “Kalau kita mengandalkan dari
alam saja tentulah pasokan terbatas,” katanya.<br />
Menuru Mashur, selama
ini perdagangan langsung gaharu dari Indonesia ke Tiongkok terhalang
sindikasi mafia. “Kita susah langsung masuk ke pasar negara itu karena
gaharu ini memang sangat mahal,” katanya. Selama ini, menurut dia, 98
persen pasokan gaharu Indonesia masih berasal dari hutan alam.
“Potensinnya di Indonesia masih sangat tinggi dari hutan yang sangat
luas,” katanya. Satu pohon, dia bilang bisa menghasilkan 600 kg serpihan
(chips).<br />
Gaharu kualitas paling tinggi di Indonesia “aquilaria
filaria” kebanyakan berada di hutan Kalimantan Timur dan harganya
mencapai Rp 150 juta per kg. “Kalau di China mereka bisa jual Rp 400
juta per kg, sedangkan di Timur Tengah untuk yang kualitas tinggi ini
dijual dengan harga Rp 300 juta per kilo.<br />
<br />
[http://www.journalreportase.com/index.php?option=com_content&view=article&id=692:menhut--tingkatkan-permintaan-ekspor-kayu-gaharu-&catid=66:nasional&Itemid=54]</div>
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-86708816329253938472012-10-22T07:01:00.004-07:002012-10-22T07:09:45.645-07:00EKPOR GAHARU INDONESIA SEMESTER PERTAMAPeluang usaha untuk memproduksi gaharu memang terus menjanjikan. Peluang ekspor sebagai tujuan utama pemasaran gaharu masih sangat besar. Ini terlihat dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia mengenai data ekspor gaharu (agarwood) selama semester pertama tahun 2012. Indonesia telah mengekpor sebanyak 1.893.133 kg gaharu (chips, fresh/dried) dengan nilai US$ 5.260.564,-.<br />
<br />
<br />
Jumlah dan nilai ekpor gaharu semester pertama tahun 2012:<br />
Januari : US $ 578.934 (195.153 kg)<br />
Februari : US $ 741.778 (355.850 kg)<br />
Maret: US$ 1.056.673 (518.717 kg)<br />
April: US$ 835.517 (235.946 kg)<br />
Mei: US$ 1.242.750 (281.737 kg)<br />
Juni: US$ 804.912 (305.730 kg)<br />
<i>(Sumber: Badan Pusat Statistik)</i><br />
<br />
Jumlah dan nilai ekspor ini masih sangat kurang dibandingkan dengan
permintaan ekspor dari luar negeri. Menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, kebutuhan gaharu dunia setiap tahunnya mencapai 4.000 ton. Tiongkok merupakan salah satu negara pengimpor gaharu terbesar dengan kebutuhan per tahun mencapai 500 ton.<br />
<br />
<br /><i> </i><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 1562px;"><tbody>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl65" style="width: 94pt;" width="125"><br /><br /></td><td class="xl65" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td></tr>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl66" style="width: 94pt;" width="125"><br /></td><td class="xl66" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 1562px;"><tbody>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl65" height="20" style="height: 15.0pt; width: 107pt;" width="143"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 1562px;"><tbody>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl65" style="width: 95pt;" width="126"><br /></td><td class="xl65" style="width: 95pt;" width="126"><br /></td><td class="xl65" style="width: 95pt;" width="126"><br /></td><td class="xl65" style="width: 89pt;" width="118"><br /></td><td class="xl65" style="width: 92pt;" width="123"><br /></td><td class="xl65" style="width: 86pt;" width="115"><br /></td><td class="xl65" style="width: 94pt;" width="125"><br /></td><td class="xl65" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td></tr>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl66" style="width: 95pt;" width="126"></td><td class="xl66" style="width: 89pt;" width="118"><br /></td><td class="xl66" style="width: 92pt;" width="123"><br /></td><td class="xl66" style="width: 86pt;" width="115"><br /></td><td class="xl66" style="width: 94pt;" width="125"><br /></td><td class="xl66" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td></tr>
</tbody></table>
</td><td class="xl65" style="width: 102pt;" width="136"><br /></td><td class="xl65" style="width: 114pt;" width="152"><br /></td><td class="xl65" style="text-align: left; width: 108pt;" width="144"><br /></td><td class="xl65" style="text-align: left; width: 101pt;" width="135"><br /></td><td class="xl65" style="text-align: left; width: 96pt;" width="128"><br /></td><td class="xl65" style="width: 95pt;" width="126"><br /></td><td class="xl65" style="width: 89pt;" width="118"><br /></td><td class="xl65" style="width: 92pt;" width="123"><br /></td><td class="xl65" style="width: 86pt;" width="115"><br /></td><td class="xl65" style="width: 94pt;" width="125"><br /></td><td class="xl65" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td></tr>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;"><td class="xl66" height="20" style="height: 15.0pt; width: 107pt;" width="143"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 102pt;" width="136"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 114pt;" width="152"><br /></td>
<td class="xl66" style="text-align: left; width: 108pt;" width="144"><br /></td>
<td class="xl66" style="text-align: left; width: 101pt;" width="135">1.056.673</td>
<td class="xl66" style="text-align: left; width: 96pt;" width="128"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 95pt;" width="126"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 89pt;" width="118"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 92pt;" width="123"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 86pt;" width="115"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 94pt;" width="125"><br /></td>
<td class="xl66" style="width: 88pt;" width="117"><br /></td>
</tr>
<tr height="20" style="height: 15.0pt;">
<td height="20" style="height: 15.0pt;"><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody></table>
<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 117px;"><tbody>
<tr height="20"><td class="xl65" height="20" style="height: 15.0pt; width: 88pt;" width="117"><br /></td>
</tr>
</tbody></table>
<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 117px;"><tbody>
<tr height="20"><td class="xl63" height="20" style="height: 15.0pt; width: 88pt;" width="117"><br /></td>
</tr>
</tbody></table>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-17842731519660485962012-10-22T06:37:00.002-07:002012-10-22T06:37:55.661-07:00MEMPERCEPAT PRODUKSI GAHARU DENGAN TEKNOLOGI INOKULASI <div align="center">
<br />
</div>
<div align="justify">
Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini
banyak diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan
gaharu sangat bervariasi dari bahan baku pembuatan dupa, parfum, aroma
terapi, sabun, body lotion, hingga bahan obat-obatan sebagai anti
asmatik, anti mikrobia, stimulan kerja syaraf, dan pencernaan. Akibat
dari pola pemanenan dan perdagangan yang masih mengandalkan alam,
beberapa jenis tertentu pohon penghasil gaharu mulai langka dan telah
masuk dalam appendix II CITES.
</div>
<div align="justify">
Mengantisipasi kemungkinan pubahnya pohon penghasil gaharu jenis-jenis
langka sekaligus pemanfaatannya secara lestari. Badan Litbang Kehutanan
melakukan upaya konservasi dan budidaya serta rekayasa untuk mempercepat
produksi gaharu dengan teknologi induksi atau inokulasi.
</div>
<div align="justify">
Serangkaian penelitian yang dilakukan Badan Litbang Kehutanan saat ini
telah menghasilkan teknik budidaya pohon penghasil gaharu dengan baik,
mulai dari perbenihan, persemaian, penanaman, hingga pemeliharaannya.
Sejumlah isolat jamur pembentuk gaharu hasil eksplorasi dari berbagai
daerah di Indonesia telah teridentifikasi berdasar ciri morfologis.
Penelitian yang dilakukan juga telah menghasilkan empat isolat jamur
pembentuk gaharu yang telah teruji dan mampu membentuk infeksi gaharu
dengan cepat. Inokulasi menggunakan isolat jamur tersebut telah
menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hanya dalam waktu satu bulan.
Ujicoba telah dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa
Barat (Sukabumi dan Darmaga), dan Banten (Carita).
</div>
<div align="justify">
Secara teknis, garis besar tahapan rekayasa produksi gaharu dimulai
dengan isolasi jamur pembentuk yang diambil dari pohon penghasil gaharu
sesuai jenis dan ekologi sebaran tumbuh pohon yang dibudidayakan. Isolat
tersebut kemudian diidentifikasi berdasar taksonomi dan morfologi lalu
dilakukan proses skrining untuk memastikan bahwa jamur yang memberikan
respon pembentukan gaharu sesuai dengan jenis pohon penghasil gaharu
agar memberikan hasil optimal. Tahap selanjutnya adalah perbanyakan
jamur pembentuk gaharu tadi, kemudian induksi, dan terakhir pemanenan.
Untuk saat ini, produksi gaharu buatan yang dipanen pada umur 1 tahun
berada pada kelas kemedangan dengan harga jual US$ 100 per kilogram.
</div>
<div align="justify">
Di pasaran dalam negeri, kualitas gaharu dikelompokkan menjadi 6 kelas
mutu, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan
(Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan
(A, B, C) dan Suloan. Klasifikasi mutu tersebut berbeda dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang membagi mutu gaharu menjadi 3 yaitu Klas
Gubal, Kemedangan, dan Klas Abu. Perbedaan klasifikasi tersebut sering
merugikan pencari gaharu karena tidak didasari dengan kriteria yang
jelas. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
(Sumber : Situs Resmi Kementerian Kehutanan RI) </div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-88252274963327390222012-10-22T06:36:00.001-07:002012-10-22T06:36:17.096-07:00MENUJU PRODUKSI GAHARU SECARA LESTARI<div align="center">
<strong><br /></strong>
</div>
<div align="justify">
Departemen Kehutanan dan Institut Pertanian Bogor bekerjasama
menyelenggarakan Seminar Nasional Gaharu, pada 12 November 2009
bertempat di IPB <em>International Convention Center</em> (IICC), Botani
Square, Bogor. Seminar yang mengambil tema “Menuju Produksi Gaharu
Secara Lestari di Indonesia” tersebut akan dibuka oleh Menteri Kehutanan
dan dihadiri instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, perguruan
tinggi, peneliti, petani, praktisi, mahasiswa, pengusaha, LSM dan
masyarakat umum yang tertarik dengan segala aspek yang berkaitan dengan
gaharu dan produknya.
</div>
<div align="justify">
Seminar bertujuan memberikan arahan ke depan untuk membangun kerangka
pencapaian pengelolaan hutan gaharu (tanaman atau alam) yang
berkelanjutan. Gaharu atau agarwood, aloewood, eaglewood dan jinkoh
mempunyai nilai jual tinggi. Gaharu dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
seperti bahan dasar industri parfum, dupa dan obat-obatan. Kelangkaan
pohon gaharu di hutan alam menyebabkan perdagangan gaharu asal semua
species Aquilaria dan Gyrinops di atur dalam CITES (<em>Convention on International trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora</em>),
dan ekspornya dibatasi dalam kuota. Sejak tahun 2003, kuota ekspor
gaharu menurun terus menjadi sekitar 125 ton/tahun untuk setiap species.
Dalam batasan kuota ini, produksi hanya dapat memenuhi sekitar 10-20%
permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka.
</div>
<div align="justify">
Untuk menjaga kelestarian alam sekaligus keberlanjutan ekspor, selain
harus dikonservasi, gaharu juga harus diproduksi secara buatan pada
pohon gaharu hasil budidaya. Pembudidayaan pohon gaharu harus
diupayakan. Sampai saat ini pemerintah daerah beberapa provinsi yang
merupakan daerah endemik gaharu telah mensosialisasikan dan
merealisasikan program penanaman gaharu. Pohon gaharu telah ditanam
lebih dari 1750 Ha di seluruh Indonesia. Pohon-pohon ini menjadi modal
dasar menuju produksi gaharu secara lestari di Indonesia. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
(Sumber: Situs resmi Kementerian Kehutanan RI) </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7629940411468830467.post-66296300188448859542012-10-22T06:33:00.004-07:002012-10-22T06:33:52.385-07:00Peluang Bisnis Gaharu<div class="shvoongsummarizer" id="AText">
Hingga
kini, berdasarkan data perdagangan yang tersedia, Indonesia dan Malaysia masih
menjadi penghasil utama gaharu (dari semua spesies) dalam perdagangan
internasional gaharu. Data Convention on International Trade in Endangered Species (CITES)
pada 1995-1997 menunjukkan bahwa ekspor <i>A.
malaccensis</i> dari Indonesia mencapai 920 ton/tahun. Ekspor tersebut termasuk beberapa spesies <i>Aquilaria</i> selain <i>A. malaccensis</i>. Sementara
itu lebih dari 340 ton A. malaccensis
diekspor dari Semenanjung Malaysia selama periode yang sama. Namun, menurut
informasi dari Sarawak Management Authority CITES, hampir 530 ton <i>A. malaccensis </i>diekspor dari Sarawak
pada tahun 1998. <br />
<br />Hingga
kini pula sebagian besar negara tujuan ekspor gaharu dalam perdagangan
internasional diperuntukkan bagi konsumen di Timur Jauh dan Timur Tengah,
termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Hong Kong dan Taiwan. Meskipun Indonesia
dan Malaysia berperan penting dalam perdagangan gahru internasional, tapi
Singapura-lah yang meraup untung. Meskipun negara ini bukan penghasil gaharu,
tapi Singapura melakukan re-ekspor. <br />
<br />Keuntungan mereka jauh lebih besar karena
bermain dalam sistem distribusi perdagangan gaharu internasional. <br />
Selain
negeri Timur Tengah Jepang juga pengimpor aktif gaharu dari Indonesia. Menurut
Laporan Tahunan CITES pada periode 1995-2000, Jepang mengimpor sekitar 47,5 ton
<i>A. malaccensis </i>selama periode enam
tahun terakhir. Hampir semua gaharu yang diimpor atau
re-ekspor Jepang berasal dari Hong Kong, Singapura, dan Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang secara signifikan berhubungan langsung dengan
kebutuhan gaharu Jepang. <br />
<br />Pada
periode 1995-2000, CITES melaporkan bahwa re-ekspor A. malaccensis Indonesia ke
Jepang mencapai 114,3 ton. Jumlah itu wajar jika dikaitkan dengan industri
tradisional di Jepang yang memproduksi
wewangian, yang berbahan baku gaharu, serta bentuk-bentuk olahan lain seperti
dupa. Tapi menurut laporan CITES pula bahwa kebutuhan industry tradisional itu
hanya kecil yang lebih mengejutkan adalah Jepang kembali mengekspor gaharu
dalam bentuk jadi ke negara Korea, Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.
<br />
<br /> Padahal di Indonesia sendiri, sekitar
6 tahun lalu harga gubal gaharu kelas super sekitar Rp. 1 juta sampai Rp. 1,5
juta sekilogram. Harga ini jauh lebih meningkat sekarang ini, harga gubal
gaharu sudah mencapai Rp 5 juta sekilogram. Dalam setiap pohon yang mencapai
umur lapan hingga 10 tahun bisa Menghasilkan tiga sampai lima kilogram gubal
gaharu, sehingga dalam satu pohon saja, masyarakat bisa berpenghasilan antara
15 juta hingga 25 juta.<br />
<br />Menurut Departemen Kehutanan,
Semenanjung Malaysia, harga gaharu di 2007 adalah Kelas Super, Ringgit Malaysia
(RM) 25, 000 per kg. Kelas A, RM20, 000 per kg. Kelas B, RM18, 000 per kg.
Kelas C, RM 15, 000 per kg. Kleas D, RM8, 000 per kg dan Kelas E RM3, 000 per
kg. Jika dirupiahkan harga di Malayasia bisa mencapai Rp 75 juta untuk kelas
super dan untuk kelas terendah sekitar 9.000.000. Pasar survei yang dilakukan oleh departemen kehutanan
Maysia mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 harga gaharu terus melonjak setidaknya lima kali dalam
empat tahun terakhir.<br />
<br />Hal tersebut menunjukkan bahwa
peluang gaharu masih sangat terbuka dalam pasaran internasional. Hasilnya juga
bisa diandalkan untuk mensejahterakan masyarakat. Namun sayangnya hingga kini
di Indonesia orang hanya kenal gaharu sebagai peribahasa, “sudah gaharu cendana
pula.” Sayangnya orang Indonesia tidak tahu dan tidak bertanya pula apa itu
gaharu.<br />
<br />Padahal kantor berita Antara 22 November 2011 menyebut,
Indonesia merupakan pengekspor gaharu terbesar di dunia. Menurut sumber Antara, Kementerian Kehutanan
mengungkapkan Indonesia merupakan negara pengekspor gaharu terbesar di dunia
mencapai 600 ton per tahun seiring tingginya produksi tanaman tersebut. Pada
tahun 2010, penerimaan negara bukan pajak dari ekspor gaharu menembus angka Rp
4,5 miliar. Data terbaru dari
Departemen Kehutanan menunjukkan bahwa tujuan ekspor gaharu Indonesia terbesar
adalah Arab Saudi mencapai 37,8 persen, Singapura 34,9 persen, Uni Emirat Arab
7,7 persen dan beberapa negara lainnya, seperti Kuwait, Macau, Vietnam,
Hongkong, Jerman, China, serta Republik Korea. <br />
<br />Apalagi kini penggunaan obat-obatan dari bahan organik seperti tumbuhan
(herbal), membuat gaharu semakin diminati sebagai bahan baku obat-obatan untuk
berbagai macam penyakit. Dari hasil penelitian yang ada, gaharu dikenal mampu
mengobati penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang
usus, rhematik, tumor dan kanker.<br />
<br />Tapi sayangnya, Indonesia baru mampu memasok 15 persen total
kebutuhan gaharu dunia. Bahkan kini fungsi gaharu juga dipakai sebagai bahan
berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Sebagai bahan kosmetik gaharu bisa
dijual seharga Rp 2-5 juta per kilogram, bahkan untuk jenis super dan dobel
super harganya mencapai Rp18 juta per kilogram. Di Indonesia tanaman ini
dikelompokkan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu.<br />
<br />Dilihat dari tahun 2000, kuota
permintaan pasar meningkat sekitar 300 ton/tahun. Namun hingga tahun 2002, yang baru bisa
drealisasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar, hanya sekitar 10% – 20% saja.
Khusus untuk jenis Aquilaria malaccensis yang mempunyai kualitas dan bernilai
jual yang tinggi, usaha pembudidayaannya pun berpeluang menurunkan tingkat
kelangkaan. <br />
Bahkan
dalam lima tahun terakhir ini, total ekspor gaharu Indonesia berkisar 170-573
ton dengan perkiraan perolehan devisa pada tahun 2006 sebesar 26.086.350 dolar
AS dan meningkat menjadi 85.987.500 dolar tahun 2010. Dengan memperhatikan
kuota permintaan pasar akan komoditas gaharu yang terus meningkat maka
pembudidayaan gaharu pun memiliki prospek yang cukup tinggi dalam upaya untuk
mempersiapkan era perdagangan bebas di massa mendatang. <br />
Sementara ada produk lain dari
gaharu yang bisa menambah penghasilan
yakni getahnya. Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung
dari masa tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9
sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram
getah gaharu. Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh
seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Setiap
pohon diperlukan satu ampul dengan harga Rp300 ribu. <br />
<br />Perlu diingat harga getah gaharu
mencapai Rp5-20 juta per kilogram. Harga itu tergantung dari jenis dan kualitas
getah gaharu. Untuk getah gaharu yang memiliki kualitas rendah dan berwarna
kuning laku dijual Rp 5 juta per Kg, sedangkan untuk getah pohon gaharu yang
berwarga hitam atau dengan kualitas baik laku dijual Rp15-20 juta per Kg.<br />
<br />
(Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2250059-peluang-bisnis-gaharu/)<br />
<br />
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0